NURJATINEWS.COM – KARAWANG 19-08-2025. Di sebuah warung kopi kecil di sudut Pasar Johar, Karawang, pedagang bernama Siti (42) mengeluh soal harga beras yang naik-turun. “Kadang naik Rp 2.000 per kilo, kadang turun lagi. Kita yang kecil-kecilan ini ikut pusing,” ujarnya sambil menimbang dagangan.
Keluhan Siti hanyalah potret kecil dari dinamika ekonomi Indonesia yang kini tengah menatap lima tahun ke depan. Pertanyaan besarnya: akankah kondisi ekonomi nasional makin ringan bagi masyarakat, atau justru penuh guncangan?
Pertumbuhan Masih Terjaga
Para ekonom memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di kisaran 5 persen per tahun hingga 2030. Konsumsi rumah tangga yang besar, investasi perumahan, hingga hilirisasi mineral diperkirakan menjadi motor penggerak.
“Selama daya beli masyarakat tetap terjaga dan pemerintah konsisten memperbaiki iklim investasi, Indonesia masih punya peluang tumbuh stabil,” kata seorang analis Bank Dunia dalam laporan Indonesian Economic Prospekts 2025.
Bayangan Risiko Global
Namun, harapan itu tidak lepas dari bayangan risiko. Perlambatan ekonomi global, gejolak harga komoditas, dan perubahan iklim bisa menggoyang stabilitas.
El Niño, misalnya, berpotensi menekan produksi beras. Jika harga pangan melonjak, bukan hanya pedagang seperti Siti yang merasakan dampaknya, tetapi juga jutaan keluarga kelas menengah bawah di seluruh Indonesia.
“Kalau harga pangan naik, biasanya langsung terasa. Belanja harian berkurang, anak-anak harus diajak lebih hemat,” kata Yanto (35), buruh pabrik di Cikampek.
Skenario yang Mungkin Terjadi
Ekonom membayangkan tiga skenario untuk Indonesia:
Skenario optimistis: pertumbuhan bisa menembus 5,5–5,8 persen jika reformasi pajak berhasil dan investasi deras masuk.
Skenario dasar: pertumbuhan sekitar 5 persen, inflasi stabil, dan rupiah terjaga.
Skenario pesimistis: pertumbuhan bisa melorot ke 4,5 persen bila krisis global berkepanjangan dan harga pangan melonjak.
Harapan Masyarakat
Di balik angka-angka makroekonomi, masyarakat sederhana hanya berharap hidup lebih stabil. “Yang penting harga barang jangan sering naik, listrik jangan mahal, sekolah anak bisa terjangkau. Itu saja,” kata Siti menutup perbincangan.
Lima tahun ke depan akan menjadi ujian besar. Indonesia harus menjaga keseimbangan antara ambisi pembangunan dan tantangan global. Di satu sisi ada harapan akan investasi, digitalisasi, dan hilirisasi; di sisi lain ada ancaman gejolak harga, iklim, hingga ketidakpastian luar negeri.
Bagi rakyat kecil seperti Siti dan Yanto, ekonomi bukan soal persentase pertumbuhan, melainkan tentang cukup tidaknya uang belanja setiap bulan. Dan di situlah, sejatinya, arah pembangunan lima tahun ke depan akan diuji: apakah benar-benar bisa menyejahterakan rakyat, atau hanya sekadar angka di atas kertas.
(Deni)


