Ragam

Martein Maestro Tersembunyi dari Dawuan Barat Karawang Seniman Patung dan Lukis yang Tumbuh di Tengah Lumbung Padi dan Kota Industri

65
×

Martein Maestro Tersembunyi dari Dawuan Barat Karawang Seniman Patung dan Lukis yang Tumbuh di Tengah Lumbung Padi dan Kota Industri

Sebarkan artikel ini

NURJATINEWS.COMKARAWANG  selama ini dikenal sebagai lumbung padi nasional dan kawasan industri strategis di Jawa Barat. Namun, di balik hiruk-pikuk pabrik dan hamparan sawah yang tak berujung, terselip kisah seorang seniman sejati—yang memilih hidup sederhana, jauh dari gemerlap panggung seni arus utama.

Namanya Martein, pria asli Karawang yang menetap di Desa Dawuan Barat, Kecamatan Cikampek. Tak banyak yang tahu, di sebuah rumah sederhana di tengah kompleks Perumahan BMI 2, tersimpan ratusan karya seni ukir dan lukis yang luar biasa. Halamannya dipenuhi tanaman rindang, seolah menjadi pelindung bagi dunia kecil penuh imajinasi dan nilai estetika tinggi yang dia ciptakan sendiri.

Sudah puluhan tahun Martein mendedikasikan hidupnya untuk seni. Dari ukiran patung kayu dan limbah bata apung/hebel yang menggambarkan ekspresi manusia dan budaya lokal, hingga lukisan-lukisan bernapas spiritual dan emosional tinggi—semuanya lahir dari tangan dan hati yang tulus. Namun, tak satu pun karya itu benar-benar “dijual”. Ia lebih memilih menyimpannya, atau menghadiahkannya kepada orang-orang yang menghargai makna di balik setiap guratan dan bentuk.

“Saya bukan mencari popularitas. Bagi saya, seni adalah cara berkomunikasi dengan diri sendiri dan semesta,” ucap Martein dengan nada tenang, saat ditemui di ruang kerjanya yang penuh aroma kayu dan cat minyak.

Martein adalah cerminan dari seniman sejati yang hidup berdampingan dengan kesunyian, bukan kesepian. Ia menghidupi karya-karyanya dengan kedalaman, bukan sekadar keindahan visual. Di tengah dunia yang serba instan, Martein justru menunjukkan bahwa kesabaran, ketekunan, dan kejujuran dalam berkarya masih relevan dan bermakna.

Karyanya merekam banyak hal: dari potret kehidupan masyarakat Karawang, kritik sosial, hingga perenungan spiritual. Patung-patung kayu buatannya tak sekadar dekorasi, melainkan cermin jiwa manusia—penuh luka, harapan, dan pertanyaan. Sementara lukisannya, lebih dari sekadar permainan warna, melainkan dunia batin yang tak semua orang mampu pahami.

Sayangnya, nama Martein masih jarang terdengar di panggung seni nasional. Ia jarang mengikuti pameran besar atau aktif di media sosial. Namun bagi mereka yang pernah datang ke rumahnya, atau yang menerima satu dari sedikit karyanya, tahu bahwa mereka telah bersentuhan dengan sesuatu yang istimewa.

Masyarakat dan pemerintah daerah seyogianya mulai menaruh perhatian lebih kepada para seniman lokal seperti Martein. Mereka adalah kekayaan kultural yang tersembunyi, penjaga nilai-nilai luhur yang mulai pudar di tengah era digital dan industrialisasi masif.

Martein tidak sedang mengejar sorotan. Tapi kisah dan karyanya layak untuk diketahui, dihargai, dan diwariskan. Di balik rumah sederhana di Dawuan Barat, Karawang, seorang maestro terus berkarya dalam diam—menjaga nyala seni di tanah lumbung padi dan kota industri.

(Mumuh.M)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *